ADAKAH AKU DIMATAMU
Karya: Safari Nurzaman
Gelembung buih ombak pesisir selatan
Hangat bening
Merambat ke hati yang galau dan kelabu
Kukenang dirimu pada karang yang goyang
Pada angin kering dari pulau seberang
Kusut melukai
Ada tawa sejenak di bibirmu yang basah dusta
Ada kerling sekejab di matamu yang bundar ingkar
Kekasih, siapa namamu kini ?
Kupanjat pelangi untuk menghapus warna-warna
Dan membiarkan mendung menggulung gunung
Rembulan, purnamakah engkau malam ini ?
Aku ingin tidur pada gersangmu yang indah
Tanpa angin dan suara
Tanpa dingin dan udara
Karena aku telah terhapus dari matanya
Kekasih, siapa namaku kini ?
Arif Novariyanto
Minggu, 13 Desember 2015
PUISI SEDIH
DARI SUATU HATI YANG KULIHAT
Karya: Safari Nurzaman
Pagi ini.....
Kau merangkum lagi ingatanku
Dalam gigil dan geletar duka
Dalam kenang lalu
Dalam air mata
Hingga terhempas di bawah bayang-bayangmu
Yang tak pernah kumengerti
Berjalan dari tempat yang dingin
Sepi
Tanpa tepi
Aku telah berpikir banyak tentangmu
Ataukah?
Kau tak pernah menghitung
Air mata dan kebencianku yang tersisa
Sampai hari ini
Bunga-bunga katakanlah aku masih disini
Karya: Safari Nurzaman
Pagi ini.....
Kau merangkum lagi ingatanku
Dalam gigil dan geletar duka
Dalam kenang lalu
Dalam air mata
Hingga terhempas di bawah bayang-bayangmu
Yang tak pernah kumengerti
Berjalan dari tempat yang dingin
Sepi
Tanpa tepi
Aku telah berpikir banyak tentangmu
Ataukah?
Kau tak pernah menghitung
Air mata dan kebencianku yang tersisa
Sampai hari ini
Bunga-bunga katakanlah aku masih disini
PUISI JELAJAH RINDU
JELAJAH RINDU
Karya: Safari Nurzaman
Padahal binarmu sering mengusik malam
Hantarkan helai angan yang masai
Dengan campur warna dan kacau arah
Bertubi-tubi mengetuk dinding hati
Memanggil padu nama
Berulas senyum yang kian pahit......
Padahal rindu sudah deras sejumlah embun
Sempit terus menghimpit busur harapan
Hingga patah di tengah
Sedang angin terus meluncurkannya cepat
Mencari titik cinta dan dara
Sampai kemudian esoknya penantian berulang
Hingga entah
Karya: Safari Nurzaman
Padahal binarmu sering mengusik malam
Hantarkan helai angan yang masai
Dengan campur warna dan kacau arah
Bertubi-tubi mengetuk dinding hati
Memanggil padu nama
Berulas senyum yang kian pahit......
Padahal rindu sudah deras sejumlah embun
Sempit terus menghimpit busur harapan
Hingga patah di tengah
Sedang angin terus meluncurkannya cepat
Mencari titik cinta dan dara
Sampai kemudian esoknya penantian berulang
Hingga entah
TAFSIR, TA'WIL DAN TARJAMAH
TAFSIR, TA’WIL, DAN TARJAMAH
- DEFINISI TAFSIR, TA’WIL, DAN TARJAMAH
Secara etimologis kata”tafsir” berasal dari kata “fassara” yang
berarti menjelaskan, menyingkap, menampakkan atau menerangkan makna yang
abstrak. Kata “Al-Fasr” berarti menyingkapkan sesuatu yang tertutup
(Al-Qaththan, Mabahis fi Ulum Al-Qur’an, tt: 323).
Secara terminologis, “tafsir” berarti ilmu untuk mengetahui kitab
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. dan penjelasan maknanya serta
pengambilan hukum dan makna-maknanya (Az-Zarkasyi,I/1972: 13). Definisi lain
tentang tafsir dikemukakan oleh As-Shabuniy (1985: 66), bahwa tafsir adalah
ilmu yang membahas tentang Al-Qur’an dari segi pengertiannya terhadap maksud
Allah sesuai dengan kemampuan manusia.
Pengertian “ta’wil”, menurut sebagian ulama, sama dengan tafsir,
namun ulama yang lain membedakannya, bahwa ta’wil adalah mengalihkan makna
sebuah lafadz ayat ke makna lain yang lebih sesuai karena alasan yang dapat
diterima oleh akal (Al-Suyuthi, I/1979: 173). Sehubungan dengan itu,
Al-Syathibi [ t.t.: 100] mengharuskan adanya dua syarat untuk melakukan
penta’wilan, yaitu (1) Makna yang dipilih sesuai dengan hakikat kebenaran yang
diakui oleh para ahli dalam bidangnya [tidak bertentangan dengan syara’/akal
sehat], (2) Makna yang dipilih sudah
dikenal di kalangan masyarakat Arab klasik pada saat turunnya Al-Qur’an.
Dari pengertian kedua istilah ini dapat disimpulkan, bahwa “tafsir”
adalah penjelasan terhadap makna lahiriah dari ayat Al-Qur’an yang secara
pengertiannya secara tegas menyatakan maksud yang dikehendaki oleh Allah,
sedangkan “ta’wil” adalah pengertian yang tersirat yang diistimbathkan dari
ayat Al-Qur’an berdasarkan alasan-alasan tertentu.
Sedangkan “tarjamah” secara terminologis berarti memindahkan lafal
dari suatu bahasa ke bahasa lain. Dalam hal ini, memindahkan lafal ayat-ayat
Al-Qur’an yang berbahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Dalam pelaksanaannya,
tarjamah terbagi menjadi dua bentuk:
1.
Tarjamah harfiyah/lafdziyah, yaitu
memindahkan lafal dari suatu bahasa ke bahsa lain dengan cara memindahbahasakan
kata demi kata, serta tetap mengikuti susunan (struktur) bahasa yang
diterjemahkan.
2.
Tarjamah Ma’nawiyah/tafsiriyah:
sebagian ulama ada yang membedakan antara tarjamah ma’nawiyah dengan tarjamah
tafsiriyah, sedangkan sebagian lainnya menganggap keduanya adalah sama.
MACAM-MACAM TAFSIR
MACAM-MACAM
TAFSIR
1.
Berdasarkan
Sumbernya
Berdasarkan
sumber penafsirannya, tafsir terbagi dalam dua bagian:Tafsir bi Al-Ma’tsur dan Tafisr bi Al-Ra’yi
a.
Tafsir bi Al-Ma’tsur adalah tafsir yang menggunakan Al-Qur’an atau
sunnah sebagai sumber penafsirannya. Contoh:
1)
Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim, karangan
Abu Al-Fida’ Ismail bin Katsir Al-Qarsyi Al-Dimasyqi, terkenal dengan sebutan
Ibnu Katsir.
2)
Tafsir Jami’ Al-Bayan fi Tafsir
Al-Qur’an, karangan Abu Ja’far Muhammad bin Jarir Al-Thabary, dikenal dengan
sebutan Ibnu Jarir At-Thabary.
3)
Tafsir Ma’alim Al-Tanzil, dikenal
dengan sebutan Al-Tafsir Al-Manqul, karangan Al-Imam Al-Hafiz Al-Syahir Muhyi
Al-Sunnah Abu Muhammad bin Husein bin Mas’ud bin Muhammad bin Al-Farra’
Al-Baghawy Al-Syafi’i, dikenal dengan sebutan Imam Al-Baghawy.
4)
Tafsir Tanwir Al-Miqyas Min Tafsir
Ibn Abbas Karangan Majd Al-Din Abu Al-Thahir Muhammad bin Ya’qub bin Muhammad
bin Ibrahim bin Umar Al-Syairazi Al-Fairuzabadi, dikenal dengan sebutan
Al-Fairuzabadi.
b.
Tafsir bi Al-Ra’yi adalah tafsri
yang menggunakan rasio/akal sebagai sumber penafsirannya. Contoh:
1)
Mafatih Al-Ghaib, Karangan Fakhr
Al-Din Al-Razi.
2)
Al-Bahr Al-Muhith, karangan Abu
Hayan Al-Andalusi Al-Gharnathi.
3)
Al-Kasysyaf ‘an Haqa’iq Al-Tanzil wa
‘Uyun Al-Aqawil fi Wujuh Al-Ta’wil, karangan Al-Zamakhsyari.
2.
Berdasarkan
corak penafsirannya
Berdasarkan
corak penafsirannya dibagi menjadi 5, diantaranya adalah:
a.
Tafsir shufi/isyari, corak
penafsiran Ilmu Tashawwuf yang dari segi sumbernya termasuk tafsir Isyariy.
Nama-nama kitab tafsir yang termasuk corak shufi ini, antara lain:
1)
Tafsir Al-Quran Al-Azhim, karya Sahl
bin Abdillah Al-Tustari. Dikenal dengan Tafsir Al-Tustasry.
2)
Haqaiq Al-Tafsir, karya Abu
Abdirrahman Al-Silmi, terkenal dengan sebutan Tafsir Al-Silmi.
3)
Al-Kasyf wa Al-Bayan, karya Ahmad
bin Al-Naisabury, terkenal dengan nama Tafsir Al-Naisabury.
4)
Tafsir Ibnu Araby, karya Muhyiddin
Ibnu Araby, terkenal dengan nama Tafsir Ibnu Araby.
5)
Ruh Al-Ma’ani, karya Syihabuddin
Muhammad Al-Alusy, terkenal dengan nama Tafsir Al-Alusiy (Al-Shabuniy, 1985:
2001).
b.
Tafsir Fiqhi, corak penafsiran yang
lebih banyak menyoroti masalah-masalah fiqih. Dari segi sumber penafsirannya,
tafsir bercorak fiqhi ini termasuk tafsir bi Al-Ma’tsur. Kitab-kitab tafsir
yang termasuk corak ini antara lain:
1)
Ahkam Al-Quran, karya Al-Jashshash,
yaitu Abu Bakar Ahmad bi Ali Al-Razi,
dikenal dengan nama Tafsir Al-Jashshash. Tafsir ini merupakan tafsir yang
penting dalam fiqih mazhab Hanafi.
2)
Ahkam Al-Quran, karya Ibnu Arabi,
yaitu Abu bakar Muhammad bin Abdullah bin Ahmad Al-Mu’afiri Al-Andalusi
Al-Isybili. Kitab tafsir ini menjadi rujukan penting dalam Ilmu Fiqihbagi
pengikut mazhab Maliki.
3)
Al-jami’ li Ahkam Al-Quran, karya
Imam Al-Qurthuby, yaituAbu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakar bin
FarhAl-Anshariy Al-Khazraji Al-Andalusi. Kitab ini dengan nama kitab Tafsir
Al-Qurthuby, yang pendapat-pendapatnya tentang fiqih cenderung pada pemikiran
mazhab Maliki.
4)
Al-Tafsirat Al-Ahmadiyyah fi Bayan
Al-Ayat Al-Syari’ah, karya Mula Geon.
5)
Tafsir Ayat Al-Ahkam, karya Muhammad
Al-Sayis.
6)
Tafsir Ayat Al-Ahkam, karya Manna’
Al-Qaththan.
7)
Tafsir Adhwa’ Al-Bayan, karya Syeikh
Muhammad Al-Syinqiti(Al-Qaththan, tt: 376-377).
c.
Tafsir Falsafi, yaitu tafsir yang
dalam penjelasannya menggunakan pendekatan filsafat, termasuk dalam hal ini
adalah tafsir yang bercorak kajian Ilmu Kalam. Dari segi sumber penafsirannya
tafsir bercorak falsafi ini termasuk tafsir bi Al-Ra’yi. Kitab-kitab tafsir
yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
1)
Tanjih Al-Quran An Al-Matha’in,
karya Al-Qadhi Abdul Jabbar. Tafsir ini bercorak kalam aliran Mu’tazilah.
Dilihat dari segi metode yang digunakannya, tafsir ini termasuk tafsir Ijmaliy,
sedangkan dari segi sumber penafsirannya ia lebih banyak menggunakan akal,
karena itu termasuk Tafsir bi Al-Ra’yi.
2)
Mir’at Al-Anwar Wa Misykat Al-Asrar,
dikenal dengan Tafsir Al-Misykat, karya Abdul Lathif Al-Kazarani. Tafsir ini
bercorak kalam aliran Syi’ah.
3)
Al-Tibyan Al-Jami’ Li Kulli Ulum
Al-Qur’an, karya Abu Ja’far Muhammad bin Al-Hasan bin Ali Al-Thusi. Tafsir ini
bercorak kalam aliran Syi’ah Itsna Asy’ariyah.
d.
Tafsir Ilmiy,yaitu tafsir yang lebih
menekankan pembahasannya dengan pendekatan ilmu-ilmu pengetahuan umum. Dari
segi sumber penafsirannya tafsir bercorak Ilmy ini juga termasuk tafsir bi
Al-Ra’yi. Salah satu contoh kitab tafsir yang bercorak ilmiy adalah kitab
Tafsir Al-Jawahir, karya Thanthawi Jauhari.
e.
Tafsir Al-Adab Al-Ijtima’i yaitu
tafsir yang menekankan pembahasannya pada masalah-masalah sosial
kemasyarakatan. Dari segi sumber penafsirannya tafsir yang bercorak Al-Adab
Al-Ijtima’i ini termasuk tafsir bi Al-Ra’yi. Namun ada juga sebagian ulama yang
mengategorikannya sebagai tafsir Bi Al-Izdiwaj (tafsir campuran), karena
presentase atsar dan akal sebagai sumber penafsiran dilihatnya seimbang. Salah
satu contoh tafsir yang bercorak demikian ini adalah Tafsir Al-Manar, buah
pikiran Syeikh Muhammad Abduh yang dibukukan oleh Muhammad Rasyid Ridha.
3.
Berdasarkan
Metodenya
Para ulama
Al-Qur’an telah membuat klasifikasi tafsir berdasarkan metode penafsirannya
menjadi empat macam, yaitu (1) Tahlili, (2) Ijmali, (3) Muqaran, dan (4)
Maudhu’i. Keempat metode ini dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.
Metode Tahlili (Metode Analisis)
Metode
Tahlili dalah metode penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an secara analitis dengan
memaparkan segala aspek yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkannya sesuai
dengan bidang keahlian mufasir tersebut.
b.
Metode Ijmali (Metode Global)
Metode
Ijmali yaitu penafsiran Al-Qur’an secara singkat dan global, tanpa uraian
panjang lebar , tetapi mencakup makna yang dikehendaki dalam ayat.
c.
Metode Muqaran (Metode
Komparasi/Perbandingan)
Tafsir
dengan metode muqaran adalah menafsirkan Al-Qur’an dengan cara mengambil
sejumlah ayat Al-Qur’an, kemudian mengemukakan pendapat para ulama tafsir dan
membandingkan kecenderungan para ulama tersebut, kemudian mengambil kesimpulan
dari hasil perbandingannya (Al-Aridh, 1992: 75).
d.
Metode Maudhu’i (Metode Tematik)
Tafsir
dengan metode Maudhu’i adalah menjelaskan konsep Al-Qur’an tentang suatu
masalah/tema tertentu dengan cara menghimpun seluruh ayat Al-Qur’an yang
membicarakan tema tersebut.
HADITS DARI SEGI KUANTITAS DAN KUALITAS
HADITS DITINJAU DARI SEGI KUANTITAS
DAN KUALITAS PERIWAYAT
Secara Umum, hadits jika ditinjau dari sisi jumlah (kuantitas)
perawiyatnya, maka hadits dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu hadits Mutawatir
dan hadits Ahad.
1.
Hadits Mutawatir
Hadits
Mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak periwayat dalam setiap
tingkatan satu dengan yang lainnya dan masing-masing periwayat tersebut
semuannya adil serta tidak mungkin mereka itu semuanya sepakat berdusta atau
bohong.
Syarat-syarat
hadits mutawatir:
a.
Bilangan atau jumlah periwayatnya
banyak.
b.
Semuanya bersandar pada panca
indera.
Adapun macam-macam mutawatir:
a.
Mutawatir Lafdhi, yaitu hadits yang
diriwayatkan secara banyak periwayat (mutawatir) dari sisi lafalnya satu dengan
yang lain sama.
b.
Mutawatir Ma’nawi, yaitu hadits yang
diriwayatkan secara banyak periwayat (mutawatir) dipandang dari sisi lafalnya
satu dengan yang lain berbeda tetapi masih dalam konteks yang sama (satu
makna).
c.
Mutawatir Amali, yaitu perbuatan dan
pengamalan syari’ah islamiyah yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. secara praktis
dan terbuka yang kemudian disaksikan dan diikuti oleh para sahabat.
2.
Hadits Ahad
Hadits Ahad adalah
hadits yang tidak mencapai derajat mutawatir.
Hadits Ahad
dibagi menjadi tiga:
a.
Masyhur
Masyhur adalah hadits yang memiliki sanad terbatas dan lebih dari
dua, namun derajatnya tidak sampai mutawatir.
b.
Aziz
Aziz adalah hadits yang jumlah periwayatnya tidak kurang dari dua
orang dalam seluruh tingkatannya.
c.
Gharib
Hadits Gharib adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang
periwayat saja dengan tidak dipersoalkan dalam tabaqat (tingkatan) mana sajanya.
Kemungkinan keghariban suatu hadits:
1)
Hadits yang gharib dari sisi matan.
2)
Hadits yang gharib dari sisi sanad,
terbagi menjadi dua kemungkinan, diantaranya:Gharib Mutlak, yaitu hadits yang
gharabahnya (perawi satu orang) terletak pada pokok sanad. Pokok sanad adalah
ujung sanad yaitu seorang sahabat. Dan Gharib Nisbi, yaitu hadits yang terjadi
gharabah (perawinya satu orang) ditengah sanad.
3)
Hadits yang Gharib dari sisi sanad
dan matan.
2.
Hadits ditinjau
dari kualitasnya
Berdasarkan fungsinya, hadits dapat dibagi dalam dua kelompok
besar, yaitu hadits yang diterima (maqbul), yaitu haidits shahih dan hasan,
sedangkan hadits yang ditolak (mardud) yaitu hadits dlo’if.
a.
Hadits Shahih, yaitu hadits yang
sanadnya bersambung, diriwayatkan oleh periwayat yang adil dan dabit sampai
akhir sanad, serta tidak terdapat kejanggalan (syadz) dan kecacatan (illat).
Macam-macam Hadits Shahih:
1.
Shahih Lidzatihi, yaitu hadits yang
sahih dengan sendirinya.
2.
Shahih Lighairihi, yaitu hadits yang
bernilai hasan namun ada periwayat lain yang menguatkannya sehingga meningkat
menjadi shahih.
b.
Hadits Hasan, yaitu sama dengan
hadits shahih (semua syarat terpenuhi), namun hanya terdapat kekurangan adanya
kelemahan daya hafalan (tidak terlalu kuat).
Macam-macam Hadits Hasan:
1.
Hasan Lidzatihi, yaitu hadits hasan
dengan sendirinya, karena telah memenuhi segala kriteria dan persyaratan yang
ditentukan.
2.
Hasan Lighairihi, yaitu hadits
dlo’if jika diriwayatkan melalui jalan (sanad) lain yang sama atau lebih kuat.
c.
Hadits Dlo’if, yaitu hadits yang di
dalamnya tidak terdapat ciri ke-shahihan dan ke-hasanan. Di dalamnya terdapat:
periwayat pendusta atau tertuduh dusta, banyak membuat kekeliruan, pelupa, suka
maksiat dan fasik, banyak angan-angan, menyalahi periwayat kepercayaan,
periwayatnya tidak terkenal, penganut bid’ah, dan tidak baik hafalannya.
Langganan:
Postingan (Atom)